Minggu, 22 Januari 2012

Bayangan Maya
“…mengapa bintang bersinar,
Mengapa air mengalir,
Mengapa dunia berputar,
Lihat segalanya, lebih dekat,
dan kau akan mengerti…”
by : Sherina


Lagu ini yang sering aku dan Maya nyanyikan. Entah itu ketika kami pulang bersama dari sekolah dasar. Entah itu ketika bercanda berdua di kamar Maya atau kamarku ataupun ketika kami berdua sedang belajar. Aku dan Maya sangat menyukai lagu itu. Lagu yang dinyanyikan oleh Sherina sebagai soundtrack film “Petualangn Sherina” dulu. Berulang kali kami menonton film itu tanpa jenuh. Walau sedikit lawas, tapi kami berdua sangat menyukainya. Lagu-lagunya pun kami juga suka. Terutama lagu itu, bukan hanya lagunya yang enak untuk didengar, tapi makna bait itu sangat mendalam bagi kami.
Aku Wanda. Murid SMP negeri ternama di salah satu kota di Jawa Timur. Lalu siapa itu Maya ? ini kisah Maya, aku dan beberapa temanku. Beberapa anak kecil yang mempunyai kisah besar dalam hidupnya.
♥♥♥
Seperti baru kemarin aku mengalami kejadian ini. Tak terasa, ternyata sudah 2 tahun silam. Cerita ini hampir sama dengan film terlaris di tahun lalu, “Laskar Pelangi”. Tapi bedanya, kami masih beruntung bisa sekolah di tempat yang layak dan sewajarnya.
Pagi itu, aku harus menuggu ibu yang sedang menyiapkan segala sesuatunya untuk sekolahku. Sekolah baru, seragam baru, lingkungan baru, teman baru dan tentu kehidupan baru. Ini hari pertama aku masuk sekolah. Sedikit takut untuk menyesuaikan diri. Apalagi aku tipe orang yang sedikit susah beradaptasi. Mungkin butuh waktu lama untuk mencari tempat di lingkungan yang baru.
Seragam merah putih menjadi suatu kebanggaan terbesar saat itu. Setiap Senin pagi upacara bendera, ada kepramukaan, tapi tidak ada tempat bermain seperti yang ada di sekolahku sebelumnya. Ya, aku baru menyadarinya ketika ibu guru menerangkan bahwa ini adalah Sekolah Dasar. Sekolah setelahnya Taman Kanak Kanak atau TK. Ini tempat belajar dan mencari ilmu. Bukan tempat bermain seperti TK.
Awalnya aku takut dan bingung. Kenapa aku pindah dari tempat yang menyenangkan ke tempat yang kaku seperti ini. Kenapa aku pindah ketempat yang tidak ada mainannya. Tidak begitu dimanjakan oleh ibu guru. Tidak ada makanan gratis setiap hari Jum’at. Muridnya banyak sekali. Ada 6 kelas. Semua siswanya besar-besar. Gurunya juga banyak. Apalagi pelajarannya. Bahkan aku harus membawa beberapa buku untuk satu harinya hingga tasku terasa berat. Aku benar-benar tidak mengerti.
♥♥♥
Tempat dudukku berada di baris paling depan, nomor dua dari kanan, dekat meja ibu guru dalam ruang kelas berwarna merah jambu dan penuh dengan hiasan kertas gunting serta karya-karya kakak kelasku yang sekarang berpindah ke kelas dua. 1, 2, hingga 3 minggu aku merasa nyaman dan sangat menyenangkan menjadi murid kelas 1 di Sekolah dasar negeri yang ada di desaku.
Aku duduk bersama perempuan kecil yang selalu tersenyum tiap kali kita bertatap muka. Diam tapi menghanyutkan. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkannnya. Namanya Maya. Kadang dia ramah, kadang juga, dia harus diam bahkan dalam 1 hari ia bisa tidak berbicara sekecap pun. Awalnya aku tidak suka dengan anak yang seperti itu. Aku mulai memikirkan cara untuk menjauhinya.
Cari tempat duduk lain. Itu hal pertama yang aku fikirkan. Tapi dimana ? semua sudah berpasang-pasangan. Aku bukan tipe orang yang suka marah, karena aku lebih suka mengalah. Ya sudahlah, aku memang harus duduk sebangku dengan “Maya yang aneh”. Maya yang cepat berubah sikap, dan sangat tertutup dengan lingkungan. Apa karena itu memang sifatnya, atau karena latar belakang Maya yang termasuk berasal dari keluarga yang kurang mampu dan yatim sejak kecil. Entahlah.
Ketidak nyamanan itu berlangsung tidak lama. Aku menemukan 4 teman dekat. Termasuk Maya salah satunya. 5 orang ini, aku, Putri, Maya, Rara dan Sinta, kemana-mana selalu bersama. Terutama dalam hal bermain dan belajar atau tugas kelompok. Kami bisa memahami satu sama lain walaupun umur kami masih begitu kekanak-kanakan dan ini berlangsung sampai kami naik ke kelas 5. Sayangnya, kami harus kehilangan satu teman kita yaitu Rara. Dia harus pindah mengikuti ayahnya yang bekerja di luar pulau Jawa. Kalimantan tepatnya. Rasanya persahabatan kami seperti manusia yang kehilangan 1 anggota tubuhnya.
♥♥♥
Di kelas 5 SD ini, banyak kegiatan lomba yang diikuti oleh SD kami. Baik lomba mata pelajaran maupun non mata pelajaran. Kami berempat bertekad untuk harus mengikutinya. Kami harus bisa mencetak prestasi untuk sekolah kami tercinta dan teruntuk Rara sahabat kami. Tapi, semua berbeda dengan harapan kami. Kami berempat merupakan siswi yang cukup mempunyai prestasi di dalam kelas. Tapi kenapa, dalam lomba kali ini, hanya aku yang terpilih. Aku bangga pada diriku dan aku yakin semua orang juga bangga padaku.
Sujud syukur aku persembahkan bagi sang Pencipta. Aku mendapat juara 1 dalam lomba mata pelajaran seni melukis tingkat kepengawasan provinsi, dan dari sinilah aku sering terpilih lomba secara individu maupun kelompok. Saat itu, Semua orang menyambutku dengan rasa bangga. Tapi tidak teman-temanku. Mereka perlahan menjauhiku. Semakin aku sering mengkuti lomba, semakin mereka menjauh dari aku. Apa yang sebenarnya terjadi.
♥♥♥
Liburan semester kenaikan kelaslah yang menjawab pertanyaanku. Pagi itu, Maya datang kerumah. Sambil membawa kotak kecil berwarna putih. Seperti biasanya, aku mengajak dia masuk ke kamarku yang dulunya hanya ada 4 piala, kini ada banyak piala yang berjajar di lemari kacaku.
Maya menyerahkan kotak putih itu padaku. Setelah aku terima dan mulai ku buka, betapa senangya aku mleihat isi dalam kotak itu. Ada dua boneka kecil yang terbuat plastik, seperti boneka Barbie yang saling bergandengan tangan. Yang satunya membawa semacam tropi berwarna kuning keemasan. Satunya lagi mengangkat tangan seperti sedang melambai. Aku tertegun dan aku tidak bisa berkata-kata. Ya Tuhan, ternyata Maya masih menyayangiku, aku sangat mengerti arti patung ini. Maya ingin menunjukkan betapa bangganya dia padaku.
Patung itu, kenapa hanya dua orang? padahal kita berempat. Akhirnya, Maya menceritakan semuanya padaku. Putri dan Sinta, mereka berdua sangat membenciku. Mereka mengira, aku melakukan pengkhianatan persahabatan. Padahal sebenarnya, mereka hanya iri padaku. Memang kita pernah membuat janji bersama untuk membuat berjuta prestasi di sekolah. Tapi mereka tidak pernah berusaha, aku dan Maya selalu mencari kesempatan untuk itu. Namun, keberuntungan masih berada dipihakku. Pemikiran Putri dan Sinta sangatlah tidak masuk akal dan konyol. Aku merasa bersalah pada Maya. Maya yang dulu tidak begitu aku sukai, ternyata dia sangat menyayangiku. Maafkan aku Maya, memang semua harus dilihat lebih dekat, agar kita bisa mengerti dan memahaminya.
♥♥♥
Tahun ajaran baru sudah dimulai. Kelas 6 ini, ada 1 perubahan yang tak pernah aku kira. Murid kelas kami yang berjumlah 42 orang, kini tinggal 41 orang. Aku sangat terpukul melihat Sinta sahabatku yang masih tertinggal di kelas 5. Aku dan Maya mencari tahu sebab kenapa Sinta sampai tidak naik kelas. Putri angkat bicara, orang tua Sinta berpisah lantaran suatu permasalahan pribadi antar mereka. Sejak saat itu, Sinta tak pernah lagi mengurus dirinya. Dia hanya sibuk dengan membahagiakan hati yang hancur karena perpisahan orang tuanya. Main sana, main sini. Kerjaannya hanya bermain sepanjang hari. Akhirnya, dia tidak bisa melanjutkan kekelas 6. Salah siapa kalau sudah seperti ini? Tapi kami sebagai sahabat, tidak akan pernah lelah untuk membangkitkan semangatnya. Kami tahu dia anak yang pandai, dan kami harus bisa mengembalikan Sinta yang dulu. Sekali lagi, lihatlah semuanya dari dekat.
♥♥♥
Kelas 6, kelas terakhir bagi kami. Perjuangan yang dimulai sejak kelas 1 tertumpu di kelas 6 ini. Aku, Maya dan Putri yang sudah menyadari kesalahannya, tak pernah berhenti untuk belajar dan terus belajar. Tapi kami tidak melupakan Sinta, kami berempat tetap belajar bersama. Walaupun tidak mudah dan butuh waktu lama untuk meyakinkannya.
♥♥♥
Tibalah saat ujian akhir nasional yang kadang menjadi momok bagi tiap pelajar. Tapi aku dan teman-teman sangat siap menghadapinya. Sinta pun juga sudah siap dengan ujian kenaikan kelasnya. Perjuangan kami selama ini membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Aku berada di peringkat 2. Maya jelas menduduki peringkat 1 dan dia mendapat beasiswa sebesar 1 juta rupiah dari dinas pendidikan, putri peringkat 3 dan Sinta mendapat peringkat 1 di kelas 5.
Kami hadir dalam acara perpisahan dan melakukan wisuda seperti mahasiswa. Dengan bangga kami mempersembahkan prestasi yang gemilang untuk orang tua kami masing-masing. Terkecuali Maya. Dimana dia? Dimana senyumannya? tak ada satupun yang tahu tentang keberadaannya. Aku, Putri dan Sinta berusaha mencari dimana dan apa yang terjadi dengan dia.
♥♥♥
Sibuk dengan mencari Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak membuat kami lupa dengan Maya. Selama 2 bulan kami mencari dan hampir saja menyudahinya. Ternyata, acara sekolah yang awalnya diagendakan sebagai acara pengambilan STTB berubah menjadi pertemuan yang mengharukan. Putri duduk di bangku pojok belakang dengan wajah yang sangat sendu. Aku dan Sinta menghampirinya. Dia bercerita pelan dan sedikit targanggu oleh isak tangisnya. Surat dari Maya yang dititipkan pada Putri, membuat kami tak kuat menahan air mata dan sakit yang mendalam di hati kami.
Memang, hidup itu penuh pilihan dan pengorbanan. Inilah surat Maya,
Teman-teman, aku sudah terdaftar di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1, aku mendapat beasiswa karena prestasiku. Seragamku gratis, uang gedungku gratis. Hanya membayar administrasi dan buku-buku sekolah nantinya. Semua sudah aku rencanakan, mulai dari masa orientasi siswa nanti, sampai kamarku pun aku rombak sedimikian rupa untuk menjalani kehidupan baru semasa SMP. Betapa senangnya aku saat itu. sampai keegoisanku membuat aku lupa pada adikku yang seharusnya masuk SD. Suatu hari, dia menangis bahagia melihat aku kegirangan seperti itu, di usianya yang masih sangat kecil, tidak wajar jika dia harus mengucapkan kalimat, ‘aku senang melihat kakak bisa masuk SMP’. Aku harus apa? hatiku hancur mendengar ucapannya. Bapak sakit, Uangku yang 1 juta hanya tersisa 300 ribu untuk biaya bapak. Aku tidak ingin berhenti sekolah, aku hanya menundanya. 300 ribu ini untuk adikku. STTB ini aku ambil, supaya tidak berjamur saja di sekolah. Semoga kalian sukses, aku janji akan menyusul kalian.”
 Salam sayang, Maya.

Memeluk surat dari Maya. Hanya itu yang bisa kita lakukan. Harus bersikap seperti apa ketika mengenang persahabtan kita sejak 6 tahun silam. Terlalu indah untuk di bayangkan, terlalu manis untuk dikenang. Mudah saja bagi orang yang tidak mengalami kisah ini. Tapi kami, seperti kehilangan separuh jiwa. Entah sekarang dia ada dimana, tetangga Maya pun tidak ada yang tahu kepergian keluarga mereka. Kehilangan yang sangat mendalam membuat kami cukup larut dalam kesedihan. Ini bukan laskar pelangi, tapi ini kisah kami yang kahilangan bayangan Maya. Terutama aku. Boneka pemberian Maya yang hingga saat ini mengalami beberapa kali rusak tetap aku jaga. Aku berusaha membuat boneka itu tetap utuh seperti persahabatan kita yang akan selalu utuh sampai kapanpun. Ya Tuhan, air mata ini sangat susah untuk dihentikan ketika aku mengenang Maya. Aku , Putri dan Sinta selalu mendoakannya dimanapun dia berada. Tidak ada keinginan sedikitpun untuk melupakan Maya juga Rara. Kami yakin, suatu saat kami akan dipertemukan dengan keadaan yang berbeda dan tentunya labih baik bagi kami semua, dan sekali lagi, lihat segalanya lebih dekat, dan kau akan mengerti.
♥♥♥
Sahabat adalah tempat untuk berjabat...
Sahabat adalah tempat untuk saling mengikat...
Janji -janji setia bersaudara...
Terjalin kasih cinta sejati didalamnya...

Sahabat akan mencari walau tak dicari...
Sahabat selalu memberi walau tak diberi...
Sahabat akan menerima walau tak suka...
Sahabat bagai bumi pertiwi yang tak henti memberi...
Walaupun ia disakiti...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar